Kamis, 08 Desember 2011

Berbakti dan Sayang Kepada Ibu

Ibu adalah orang yang melahirkan kita di dunia. ibu adalah orang yang tidak kenal lelah untuk menjaga kita siang dan malam. ibu adalah sesosok pahlawan tanpa tanda jasa atas anak-anaknya. mendidik kita dikala kecil, memberikan kasih sayang yang kita butuhkan.

Maka dari itu, Islam sangat menjunjung tinggi hak-hak setiap orang, lebih khususnya seorang ibu atas anaknya. memberikan kepada semua sesuai kadar porsinya. diantaranya adalah Islam memerintahkan kepada seorang anak untuk berbakti dan taat kepada orang tua. akan tetapi Islam memerintahkan kepada seorang anak untuk lebih berbakti dan taat kepada ibu 3 (tiga) kali lipat dibandingkan bakti dan ketaatan kepada ayah.

Pada hadist yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya dan yang lainnya dari Abu Hurairah -rodhiyallahu 'anhu- berkata :

قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوكَ

Artinya : "Seseorang bertanya kepada Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- : siapakah orang yang paling berhak untuk saya berbakti kepadanya? beliau menjawab : ibu kamu, kemudian ibu kamu, kemudian ibu kamu, kemudian ayah kamu."

Dalam hadist diatas, Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- menyebutkan ibu sebanyak 3 (tiga) kali sebagai orang yang paling berhak untuk seorang anak berbakti kepadanya dan ditaati. yang kemudian menyebutkan ayah sebanyak satu kali.

Diantara alasan yang menjadikan ibu sebagai orang yang paling berhak untuk ditaati dan dibakti adalah karena kejadian durhaka kepada orang tua kebanyakan menimpa seorang ibu dari pada ayah. dan karena ibu adalah orang yang melahirkan kita, menyusui kita, mendidik kita, menjaga setiap saat kita terbangun.

Sebab itulah Allah juga mewajibkan berbakti kepada orang tua, khususnya kepada ibu dengan firman-Nya :

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya : "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS Luqman : 14)

Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua dan khususnya kepada ibu. dan Allah melarang untuk berbuat durhaka kepada keduanya dan mengancam kepada siapa saja yang berbuat durhaka kepada kedua orang tua dengan ancaman siksaan yang pedih.
source:
Read more: http://www.artikelislami.com/2010/04/berbakti-dan-sayang-kepada-ibu.html#ixzz1fw40ix48

Penghargaan Untuk Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Pernah nggak sih kalian terpikir bagaimana jerih payahnya Bung Karno dan Hatta untuk memperjuangkan Indonesia? Memperjuangkan suatu wilayah untuk tempat tinggal penerus bangsanya, ya seperti kita ini pastinya, .generasi muda. Hal ini sering sekali muncul di pikiran aku, ada nggak sih yang menghargai pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa itu? Mungkin kalimat barusan terdengar klise, tapi coba kita pahami lagi.


Bayangkan saja, kalau kita ingin meraih suatu cita-cita, pasti perlu penuh usaha, kerja keras, dan berdoa Iya kan? Nah, kalau di era modern, seperti sekarang ini, untuk meraih cita-cita banyak faktor-faktor yang dapat mendukung, misalkan dari lingkungan pertemanan, keluarga, teknologi, dan masih banyak lagi. Kalau zaman dulu? Pahlawan-pahlawan tersebut berjuang dengan fisik, mental, dan pikiran. Mereka nggak memikirkan, berapa banyak darah yang habis untuk memperjuangkan Indonesia, mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar Indonesia dapat merdeka tanpa ada urusan lagi dengan negara-negara penjajah.


Aku yakin, banyak sekali generasi seumuran kita yang malas rasanya untuk upacara. Alasannya kalau nggak kepanasan, ngantuk, pegal, capek. Cocok nggak kalau generasi kita disebut generasi yang manja? Kalau pahlawan-pahlawan yang dulu sih aku yakin nggak pernah putus asa dan selalu berjuang untuk mendapatkan hak nya dengan baik, yaitu, Indonesia.


Disarankan, kita sebagai generasi penerus bangsa, harus bisa menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang tanpa tanda jasa.


Kalau kita harus upacara tiap hari Senin pagi, ikutilah upacara bendera dengan khusyuk, khidmat, serius, tidak mengobrol dengan teman. Jangan lupa untuk ikut berdoa saat mengheningkan cipta, menyanyikan lagu Indonesia Raya, hormat kepada Sang Merah-Putih dengan benar, menyanyikan lagu nasional, dan apabila terdapat janji siswa, ikutilah janji tersebut.


Jangan pernah merasa takut untuk berkomitmen, kita tidak akan pernah tahu kalau kita tidak mencoba, apalagi untuk berkomitmen dengan guru dan orang tua. Kita sebagai pelajar harus memenuhi kewajiban kita sesuai pada janji siswa yang sering dibacakan pada saat upacara bendera.


Kita sebagai generasi yang bisa dibilang sudah mendapatkan fasilitas yang baik, tidak seperti zaman Bung Karno, harus berusaha dengan keras untuk meneruskan bangsa ini! Jangan mau kalah dengan para pahlawan! Buktikan, bahwa KITA BISA!Pernah nggak sih kalian terpikir bagaimana jerih payahnya Bung Karno dan Hatta untuk memperjuangkan Indonesia? Memperjuangkan suatu wilayah untuk tempat tinggal penerus bangsanya, ya seperti kita ini pastinya, .generasi muda. Hal ini sering sekali muncul di pikiran aku, ada nggak sih yang menghargai pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa itu? Mungkin kalimat barusan terdengar klise, tapi coba kita pahami lagi.
Bayangkan saja, kalau kita ingin meraih suatu cita-cita, pasti perlu penuh usaha, kerja keras, dan berdoa Iya kan? Nah, kalau di era modern, seperti sekarang ini, untuk meraih cita-cita banyak faktor-faktor yang dapat mendukung, misalkan dari lingkungan pertemanan, keluarga, teknologi, dan masih banyak lagi. Kalau zaman dulu? Pahlawan-pahlawan tersebut berjuang dengan fisik, mental, dan pikiran. Mereka nggak memikirkan, berapa banyak darah yang habis untuk memperjuangkan Indonesia, mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar Indonesia dapat merdeka tanpa ada urusan lagi dengan negara-negara penjajah.
Aku yakin, banyak sekali generasi seumuran kita yang malas rasanya untuk upacara. Alasannya kalau nggak kepanasan, ngantuk, pegal, capek. Cocok nggak kalau generasi kita disebut generasi yang manja? Kalau pahlawan-pahlawan yang dulu sih aku yakin nggak pernah putus asa dan selalu berjuang untuk mendapatkan hak nya dengan baik, yaitu, Indonesia.
Disarankan, kita sebagai generasi penerus bangsa, harus bisa menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang tanpa tanda jasa.
Kalau kita harus upacara tiap hari Senin pagi, ikutilah upacara bendera dengan khusyuk, khidmat, serius, tidak mengobrol dengan teman. Jangan lupa untuk ikut berdoa saat mengheningkan cipta, menyanyikan lagu Indonesia Raya, hormat kepada Sang Merah-Putih dengan benar, menyanyikan lagu nasional, dan apabila terdapat janji siswa, ikutilah janji tersebut.
Jangan pernah merasa takut untuk berkomitmen, kita tidak akan pernah tahu kalau kita tidak mencoba, apalagi untuk berkomitmen dengan guru dan orang tua. Kita sebagai pelajar harus memenuhi kewajiban kita sesuai pada janji siswa yang sering dibacakan pada saat upacara bendera.
Kita sebagai generasi yang bisa dibilang sudah mendapatkan fasilitas yang baik, tidak seperti zaman Bung Karno, harus berusaha dengan keras untuk meneruskan bangsa ini! Jangan mau kalah dengan para pahlawan! Buktikan, bahwa KITA BISA!

PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Karena sebesar apapun jasanya tidak ada tanda jasa yang ia ( guru ) terima. Tidak ada pangkat bintang 1, bintang 2 ataupun bintang-bintang yang lain. Guru adalah yang mengajarkan kita semua menulis dan membaca. Saya bisa menulis artikel saat inipun adalah karena jasa guru yang dengan telaten memberikan cara menulis kepada saya dan juga mengajarkan cara membaca untuk saya. Saya ingat betul bagaimana guru datang dengan aktif, datang dengan hanya mengendarai sebuah sepeda pedal ke sekolah. Bahkan tidak jarang, kehujanan di tengah jalan dan saya lihat baju guru basah kuyup. Saya dan teman-teman hanya melihat tanpa perasaan apapun, karena waktu itu kita masih anak-anak. Tidak kenal dan tidak paham betapa susahnya guru waktu itu. Tidak paham bahwa guru kita benar-benar berkorban untuk memberikan kita pengetahuan. Guru adalah soko guru bangsa ini. Tanpa guru apa artinya sebuah bangsa. Sebesar apapun bangsa itu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati gurunya.